Sunday, 22 November 2020

NABI SULAIMAN MEMOHON KEPADA ALLAH UNTUK MEMENJARAKAN IBLIS

Seperti yang diketahui, Nabi Sulaiman adalah raja yang agung dan memiliki kerajaan yang besar sekali. Wilayah kekuasaannya sangat luas dan banyak musuh yang tunduk kepadanya dari berbagai golongan, dari golongan manusia, binatang, jin, bahkan iblis. Suatu ketika, Nabi Sulaiman memohon kepada Allah untuk menangkap iblis dan memenjarakannya.

"Ya Allah, Engkau telah menundukkan padaku manusia, jin, binatang buas, burung-burung, dan para malaikat. Ya Allah aku ingin menangkap dan memenjarakan iblis, merantai serta mengikatnya, sehingga manusia tidak berbuat dosa dan maksiat lagi."

Namun, permintaan ini pun tidak langsung dikabulkan oleh Sang Pencipta. Allah mewahyukan kepada Nabi Sulaiman, bahwa tidak ada baiknya jika iblis ditangkap atau dibinasakan.  "Wahai Sulaiman, tidak ada baiknya jika iblis ditangkap."

Tapi Nabi Sulaiman tetap memohon,  
"Ya Allah, keberadaan mahkluk terkutuk ini tidak ada kebaikan didalamnya."
Allah berfirman, 
"Jika iblis ditangkap maka banyak pekerjaan manusia yang akan ditinggalkan." 

Nabi Sulaiman berkata, 
"Ya Allah, Aku ingin menangkap mahluk terkutuk ini selama beberapa hari saja."
Allah menjawab, 
"Bismillah (dengan menyebut nama Nama Allah), tangkaplah iblis"

Kemudian Nabi Sulaiman menangkap iblis, mengikat dan memenjarakannya. Meski Nabi Sulaiman seorang raja yang agung, dalam memenuhi kebutuhan rumah tangganya beliau lebih memilih makan dari hasil jerih payahnya sendiri dengan bekerja. Menurut riwayat, tiap hari dapur kerajaan Nabi Sulaiman memasak 4,000 unta, 5,000 sapi, dan 6,000 kambing. Makanan itu dibagikan kepada masyarakat dan anggota kerajaan. Nabi Sulaiman adalah pemimpin yang sederhana, beliau selalu makan dari hasil usahanya sendiri dari berjualan tas. Setelah para iblis ditangkap, pada suatu pagi Nabi Sulaiman mengutus pekerjanya untuk menjual tas-tas buatannya ke pasar. Namun ternyata pasar tutup semua dan tidak ada yang berjualan. Lalu mereka memberitahukan hal itu kepada Nabi Sulaiman. 

Nabi Sulaiman bertanya, "Apa yang telah terjadi?"
Pekerjanya menjawab, "Kami tidak tahu." 



Maka pada malam itu Nabi Sulaiman tidak makan dan hanya minum air saja. Hari berikutnya, anak buah Nabi Sulaiman kembali menuju pasar hendak menjual tas-tas produksi Nabi Sulaiman. Ternyata kembali mereka mendapati pasar masih sepi seperti kemarin. Pasar masih tutup, orang-orang menuju kuburan mengingat kematian, menangis dan meratap. Mereka sibuk mempersiapkan bekal menuju ke akhirat tanpa memperdulikan lagi keindahan duniawi. Nabi Sulaiman hairan dengan sikap yang masyarakat seperti itu lalu bertanya kepada Allah. 

"Ya Allah, apa yang sebenarnya telah terjadi? Kenapa orang-orang tidak bekerja mencari nafkah ?"

Lalu, Allah mewahyukan kepada Nabi Sulaiman,  
"Wahai Sulaiman, engkau telah menangkap para iblis sehingga akibatnya manusia tidak bergairah bekerja mencari nafkah. Bukankah sebelumnya telah Aku katakan kepadamu bahwa menangkap iblis tidak mendatangkan kebaikan."

Setelah mendapat jawaban dari Allah, maka Nabi Sulaiman segera melepaskan iblis dari penjara. Keesokan harinya, orang-orang kembali ke pasar, mereka membuka kiosnya masing-masing. Orang-orang kembali bersemangat bekerja mencari harta dunia untuk makan dan memenuhi kebutuhannya. Dari cerita tersebut, berarti kita tidak boleh berprasangka buruk terhadap ciptaan Allah meskipun kita anggap jahat, tidak berguna bahkan menimbulkan masalah. Sebab Allah Maha Tahu atas apa yang Dia ciptakan.


Copy & paste dari sumber @muhammad_khalil_88

Monday, 16 November 2020

LELAKI BUTA YANG DI HANTAR PERGI KE MASJID OLEH IBLIS

Dialah Abdullah bin Umar bin Syuraih. Karena ia buta sejak lahir, orang-orang memanggilnya Abdullah bin Umi Maktum. Ia tergolong sebagai pemeluk Islam golongan pertama. Abdullah turut menanggung siksaan dan penganiayaan dari kaum Quraisy. Namun, kekuatan imannya serta kecintaannya kepada Allah dan Rasul-Nya lebih agung sehingga ia tidak pernah menyerah sekalipun siksaan kaum Quraisy kepadanya begitu sadis. Di balik kebutaannya, Abdullah tetap rajin memanfaatkan waktunya untuk menimba ilmu tentang Islam. Bahkan sekalipun ia buta, ia tidak pernah meninggalkan shalat berjama’ah di Masjid.


Hingga tiba pada suatu waktu, Abdullah datang menemui. Rasulullah
.la ingin meminta izin pada beliau untuk tidak menghadiri jamaah shalat Subuh lantaran tidak ada yang menuntunnya ke masjid. 

“Wahai Rasulullah, bolehkah aku meminta keringanan untuk tidak mengikuti jamaah shalat Subuh?” tanyanya.

“Apakah engkau mendengar azan?” tanya Rasulullah balik.

“Ya.”

“Jika begitu, tidak ada alasan bagimu untuk meninggalkan shalat jamaah.”

Abdullah tidak berkomentar apapun. Ia menurut atas apa yang telah diperintahkan oleh Rasulullah. Bahkan la berjanji dalam hati untuk istiqamah datang ke masjid untuk berjamaah shalat Subuh. Selang beberapa saat berjalan, Abdullah tersandung batu. Ia jatuh tersungkur dan kepalanya kena batu. Darah pun mengalir. Abdullah segera mengusapnya dan berjalan kembali. Rasa perih akibat luka bukanlah penghalang baginya untuk ikut shalat berjamaah.

 “Hai, Paman, engkau hendak ke mana?” tiba-tiba seseorang menyapanya.

“Aku hendak ke masjid,” jawab Abdullah.

“Maukah engkau aku antar, Paman? Aku akan menungguimu dan mengantarmu pulang nanti.”

“Terima kasih. Engkau baik sekali,” jawab Abdullah senang.

Ia bersyukur karena Allah it mengirimkan penolong baginya. Ternyata, bukan hari itu saja orang itu menolong Abdullah. Setiap hari ia selalu datang untuk menuntun Abdullah menuju masjid. Ia menunggui Abdullah dengan sabar hingga selesai shalat, lalu menuntunnya pulang. Abdullah sangat gembira karena ada seorang lelaki budiman yang bermurah hati menolongnya tanpa imbalan. Namun anehnya, laki-laki itu tidak pernah memberitahukan siapa namanya. Setiap kali Abdullah bertanya, ia selalu mengelak. Hingga pada suatu hari, Abdullah benar-benar ingin tahu siapakah laki-laki baik hati yang telah menolongnya.

“Siapakah namamu, wahai Fulan?” tanya Abdullah.
“Paman tidak perlu tahu namaku,” jawabnya.
“Jika begitu, jangan menolongku lagi. Aku tidak mau ditolong oleh orang yang tidak aku ketahui namanya,” kata Abdullah.
Mendengar jawaban Abdullah, orang itu tampak bingung. la ingin menuntun Abdullah setiap hari.
“Baiklah, aku katakan siapa aku. Sebenarnya aku adalah iblis,” sahut lelaki itu.
“Untuk apa engkau menolongku? Bukankah pekerjaanmu adalah menghalangi kebaikan?” tanya Abdullah.
“Masih ingatkah engkau saat pergi ke masjid lalu engkau tersandung batu dan berdarah?” tanya iblis.
“Ya, aku masih ingat,” jawab Abdullah.
“Aku mendengar malaikat mengatakan bahwa separuh dosamu telah diampuni karenanya. Aku tidak mau engkau terjatuh lagi hingga habislah dosamu diampuni semuanya.” 

Abdullah terkejut. Rupanya lelaki budiman yang menolongnya adalah iblis yang tak rela dosa-dosanya diampuni semuanya. Itulah iblis, tidak pernah senang hamba Allah mendapatkan ampunannya. 

Iklan